Thursday, September 25, 2008

Menikmati Kerang Rebus di Moro Seneng - Simpang Garoga

25 September 2008, jam 21.00 waktu indonesia bagian Duri [daerah yang menghasilkan 300 ribu bopd ning bensin tetap ngantri], Andy Eko telpon sepulang tarawih, pesannya "tunggu di bawah dan ajak Attok".
Tak berapa lama kemudian, kuketuk pintu kamar Attok dan mengajak dia untuk makan keluar. Attok ganti pakaian, dan Andy bersama Nola muncul di depan Mutiara. Berempat kami menuju Simpang Garoga, tujuannya warung Moro Seneng, spesialis kerang rebus yang sudah melegenda di antara teman-teman kami.

Jam sembilan seperempat, kami sampai di depan warungnya, terlihat sepi, hanya orang-orang yang nongkrong main kartu domino dan minum susu panas. Kami agak ragu-ragu, apakah warungnya buka atau tidak, namun setelah di cek Andy dan Attok ternyata buka. Alhamdulillah.
Kami segera memesan kerang rebus, 2 kg untuk 4 orang.

Setelah menunggu agak lama, akhirnya kerang rebusnya datang, dihidangkan dalam mangkok merah. Sementara bumbunya, dihidangkan dalam piring kecil, terdiri dari campuran nanas, sambel ijo dan kacang tanah goreng yang digiling, yang suka kecap bisa ditambahkan sendiri. kami segera menyantap kerang rebus selagi masih panas, daging kerang diambil dari kulitnya dan ditotol-totolkan ke bumbunya, rasanya uenak banget. Kami menyantap kerangnya dengan lahap, dan kemudian nambah lagi 2 kg. Berempat akhirnya menghabiskan 4 kg kerang rebus.... busyet dah.
Saya yang awalnya tidak berniat menggunakan bumbunya, akhirnya tandas juga bumbunya. Segelas teh manis menjadi pengobat rasa pedas.

Akhirnya, jam setengah sebelas kami pulang, setelah membayar dan membungkus sekilo untuk Taufiq. Totalnya habis 79 ribu, terdiri dari 5 kg kerang, secangkir kopi, secangkir kopi susu dan dua gelas teh panas. Tidak terlalu mahal untuk makanan seenak itu.

Thursday, September 4, 2008

Menikmati Sup Gurami di Bumbu Desa Laswi

Tanggal 28 Agustus kami beruntung menikmati makan malam di Bumbu Desa di jalan Laswi Bandung. Berempat, saya, Ibunya Afa, Afa dan Mas Murdoko naik taxi dari Hyatt Regency menuju kedai Bumbu Desa. Kami makan di tempat ini karena rekomendasi dari Pak Henry Biantoro, rekan milis aglonema. Kami berangkat dari hotel jam 7 malam, dan sampai tak lama kemudian, karena ternyata lokasi Bumbu Desa Laswi tidak terlu jauh dari hotel.

Bumbu Desa merupakan perpaduan klasik dan modern, yang menyajikan aneka makanan bercita rasa khas dengan cara prasmanan. Dan Bumbu Desa Laswi merupakan rumah makan-nya yang pertama. Sesampai di di tempat ini kami segera memesan makanan untuk menu makan malam kami. Sup gurami kami pesan satu porsi untuk empat orang, sayur leunca dan jamur kuping, sayur asem, ayam bumbu desa, mendoan, mujair goreng dan tahu goreng merupakan pesanan kami yang lain, dan tentu saja dengan nasi sebakul. Sedangkan minumannya kami pesan es cincao.


Sup Gurami

Ayam Bumbu Desa


Mujair Goreng


Mendoan Goreng


Sayur Leunca dan Jamur Kuping


Es Cincao


Setelah makanan datang, kami segera menikmati hidangannya, sambil ngobrol dengan Mas Murdoko. Citarasa makanan di restoran ini memang sangat istimewa, terutama sup ikan guraminya. Sebagai orang Jogja, biasanya kami kurang menyukai masakan ikan karena amis, dan lebih menyukai ayam dan daging. Namun malam itu, di Bumbu Desa Laswi, kami benar-benar menikmati sup ikan guraminya, yang memang istimewa.


Afa dan Ibunya menikmati makanan


Jam setengah sembilanan, kami pulang kembali ke hotel, setelah membayar makanan yang kami makan. Harga makanannya ternyata relatif tidak mahal. Dengan citarasa makanan yang disajikannya, rasanya rugi kalau datang ke Bandung tidak menikmati santap makan di Bumbu Desa ini. Dan menurut Ibunya Afa, dari beberapa rumah makan yang kami singgahi selama di Bandung, Bumbu Desa menempati peringkat teratas, enaknya.

Untuk lebih jauh mengenal Kedai Bumbu Desa ini, anda bisa mengunjungi webnya di http://www.bumbudesa.com/

Sambara Resto: Reuni di sela-sela PIT IAGI

Sambara Resto: Reuni di sela-sela PIT IAGI

Tanggal 27 Agustus 2008 saya beruntung datang ke reuni alumni Geologi UGM di Sambara Resto jln Trunojoyo Bandung. Mengenai resto sajian sunda ini bisa dilihat diwww.sajiansambara.com . Saya datang bersama istri dan Afa sekitar jam setengah 8, stlh dari Bandung International Hospital Santosa, memeriksakan Afa yang malam sebelumnya jatuh di bath up dan bagian kepalanya terantuk pinggiran bath up.

Pada saat saya datang, sudah hadir belasan alumni geologi UGM dari angkatan 70-an yg dimotori Pak Dhe Basuki, Pak Dhe Suryadi Amru, Pak Surono, Mas Ipranta dsb dengan bintang tamu Pak Sriyono. Rata2 yg hadir para alumni angkatan angkatan 70-an dan awal 80-an, generasi muda diwakili oleh Ari Sigit 93. 

Saya dan Pak Dhe Basuki

Sambil menunggu makanan disajikan, kami mendengarkan obrolan hangat Pak Dhe2 dalam suasana kekeluargaan, nostalgia dan bertukar kabar setelah sekian lama tak bersua. Satu persatu pesanan makanan kemudian datang, sate udang, mendoan, ayam goreng/ bakar khas sambara, sate kambing, empal dagingg sapi (?), nasi pincuk, sambel dsb, yg ternyata rasanya memang mak nyuss.

Nasi Pincuk

Sate Udang

Gurami Bakar

Ayam Bakar

Bandrek

Keakraban diantara alumni ditambah nikmatnya makanan di sambara resto ini, membuat ketidakhadiran merupakan suatu kerugian. Sayang sekali kami tidak bisa berlama lama ikut reriungan, mendengarkan obrolan hangat dari Pak Dhe - Pak Dhe, jam 9 krg seperempat saya balik ke hotel karena Afa dah rewel.  Terimakasih Pak Dhe- Pak Dhe yang sudah meng-arrange temu alumni, dan memperkenankan kami datang.

Hadirin1

Hadirin2

Hadirin3

Hadirin4

Sebelum pulang, ada Pak Dhe yang berpesan agar silaturahmi seperti ini tetap terjaga.